Jumat, 27 Mei 2016

Trunyan, The Death Village

In death we are equal. But there is a place in northern Bali where what follows sets it apart from the world. A dark place, home to an ancient people with an equally dark reputation, where you can literally stare death in the face.

 In Trunyan there is neither burial nor cremation. The dead are taken from the village by boat to a small clearing around the cove. Bodies are partially covered with a thin white cloth, placed under a fragile bamboo cage and simply left. The cadaver is at the mercy of nature and the elements. It is ravaged, rots and decomposes until just the skeleton remains.

Only 11 bodies can lay there. When the space is needed skulls are removed and placed trophy - like on stone shelves. The rest of the bones are discarded, often just casually tossed on the fringes of the clearing. To the Bali Aga, or Original Balinese, all that matters is the souls and that has long since departed.

The people are the aborigines of Bali. Now they account for only two percent of the population. They were usurped by the Hindu - Javanese who came to the island in the 13th century and flourished. The Bali Aga retreated phisically and mentally into isolated communities and remain a breed apart.

P1000235c

Trunyan itself sits on the eastern side of the mighty crater lake across from Batur Mount, an active volcano. A rock wall rises sheer behind the village. Beyond that is Agung Mount, Bali's highest mountain and a home to the Gods. The Batur caldera is undestandably popular with tourist but only a sparse few venture around the lake to Trunyan. The village's contradiction is to have an ugly reputation while all around is great natural beauty.

Until compartively recently the only way in was to hire oarsmen to row you across the lake. There are legendary tales of the boatmen stopping half way and threatening startled tourist if they didn't pay a hugely inflated price. For those that made it to Trunyan they were often confronted by aggressive begging, exorbitant prices and an intimidating atmosphere.

 A couple of years ago a narrow, potholed and twisting road was opened around the lake. The Bali Aga asked the Indonesian tourism authoritiesfor helpin promoting the village to tourist. Strict promises to change their ways were demanded in return. Prices were to be fixed and transparent and visitors were not to be harmed. Trunyan actually has three cemeteries.

The First, Sema Bantas, is for people who died unnatural deaths. Here, bodies are buried in unmarked shallow graves but without ceremony. The Second was the "baby cemetery", Sema Nguda. A place for the young and the unmarried of any age. Finally, Sema Wayah, the cemetery for which Trunyan is known.

The cemetery is in small clearing, quitnesses is all pervasive. For all the expectation of what cemetery experience would be like the anticipation was more disturbing than the reality. The absence of a new corpse with flesh also helped. As did the remarkable fact that the cemetery never has the smell of death. A giant 'Taru Menyan' tree, from which the villages takes it's name, stands in the corner, it's sweet fragrance and its thick, spreading roots are believed to counter the odours. Around the cove the 'Baby Cemetery' in not blessed with a similar tree.

Trunyan is a fascinating place and the Bali Aga are truly different. The villagers of Trunyan have realised that their traditional play directly to our Western fears of death and the macabre. Their naivety there is a danger that they will turn Trunyan into a kind of 'Disney of Death'.

P1000316

Source:
https://thenony.wordpress.com/

Kamis, 26 Mei 2016

Danau Batur Kintamani

Danau Batur Kintamani

Bali hanya memiliki empat buah danau, namun daya tarik dari masing - masing danau ini bisa dibilang sangat baik. Empat buah danau ini yakni Danau Buyan, Danau Tamblingan, Danau Beratan dan yang terakhir adalah Danau Batur. Nama Danau Batur ini sendiri berasal dari nama gunung yang ada di sampingnya. Danau Batur terletak tepat di lereng Gunung Batur. Danau Batur ini sendiri merupakan danau terluas yang ada di Bali, letak danau ini terdapat pada ketinggian 1.050 meter diatas permukaan air laut. Air danau ini sangat alami karena berasal dari air hujan dan rembesan air dari hutan yang ada di pegunungan. Luas permukaan danau ini sekitar 16 kilometer persegi dengan kedalaman berfariasi yang berata -rata 50,8 meter.

Pemanfaatan Danau Batur ini tidak sama dengan Danau Tamblingan, namun sama dengan Danau Beratan. Danau Tambling dibatasi dalam hal pemanfaatan sebagai objek wisata dan lebih mengarah ke pemanfaatan alam. Namun pada Danau Berata, pemanfaatannya lebih mengarah pada objek wisata, sama halnya dengan Danau Batur ini. Itu sebabnya di Danau Batur kita dapat mengelilingi danau menggunakan kapal kecil.

Keindahan Danau Batur Kintamani

memancing di danau batur

Danau Batur Kintamani memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Danau Batur ini di kelilingi oleh pegunungan yang diselimuti pepohonan rindang yang memberikan banyak kesejukan, anda bisa melihat secara keseluruhan Danau Batur lewat Desa Penelokan yang berada lebih tinggi dari Danau Batur. Selain itu di Danau Batur ini kita dapat berkeliling menggunakan sampan atau perahu yang sudah disediakan oleh warga sekitar. Selain dari kita dapat mengelilingi Danau Batur ini menggunakan perahu, kita juga dapat memancing di danau ini bagi anda yang suka memancing. Namun jika anda lupa membawa pancing, disini juga sudah disediakan jasa sewa pancing dengan harga yang cukup murah.

Perahu di danau batur

Keindahan Danau Batur Kintamani akan semakin jelas terlihat ketika kita melihatnya dari atas. Ada banyak restoran dan hotel yang menyediakan tempat dimana kita dapat menyaksikan Danau Batur dari atas. Gemerlap warna biru dari Danau Batur akan semakin melengkapi suasana makan kita bersama keluarga atau teman - teman terdekat. Selain anda dapat menyaksikan Danau Batur dari atas, anda juga dapat menyaksikan megahnya Gunung Batur yang menjulang tinggi.

Danau Batur kintamani

Gunung ini masih aktif dan sempat meletus pada tahun 1917. Namun anda para wisatawan yang ingin berkunjung ke danau atau Gunung Batur tidak usah risau karena Gunung Batur masih dalam keadaan tenang - tenang saja.

Selain dari pada pemanfaatan sebagai objek wisata, Danau Batur juga dimanfaatkan sebagai sumber keanekaragaman hayati berbagai biota darat maupun air. Ada berbagai macam ikan yang tumbuh di biota air Danau Batur ini, itulah sebabnya anda bisa memancing di danau ini sepuas hati anda. Di sebelah barat dari danau ini ada sebuah desa tertua di Bali yaitu Desa Trunyan. Desa Trunyan ini terkenal dengan keunikannya dalam ritual pemakaman orang yang meninggal.

Akomodasi Ke Danau Batur Kintamani

Danau Batur berlokasi di Kintamani, jika anda dari pusat kota Singaraja langsung menuju ke Danau Batur ini anda akan melewati jalan Gunung Batur melewati Desa Kubutambahan. Dari Singaraja kira - kira anda akan menempuh jarak sekitar 58 kilometer dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan. Dan jika anda dari berwisata di Pantai Lovina maka akan menempuh jarak sekitar 71 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Namun jika anda dari Kota Denpasar maka akan menempuh jarak 64 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.


Source:
http://wisatabaliutara.com/

Senin, 23 Mei 2016

Tanjung Benoa Watersport

Tanjung Benoa

Tanjung Benoa yang berbatasan dengan Nusa Dua, Bali, adalah pusat dari kegiatan olahraga dan permainan air di Bali. Karakteristik Pantai Tanjung Benoa sangatlah tenang, sehingga sangat cocok untuk berbagai jenis permainan air yang seru. Tanjung Benoa berada di ujung tenggara Pulau Bali dan bertetanggaan dengan kawasan Nusa Dua dan dapat ditempuh dalam 35 menit dari Kuta, 40 menit dari Sanur, dan 20 menit dari Airport Ngurah Rai. Banyak jenis permainan air yang dapat anda mainkan di tempat ini. Berikut adalah beberapa permainan air yang tersedia di Tanjung Benoa:

1. Flying Board


aksi di tanjung benoa

Ini adalah permainan terbaru yang cukup populer di Tanjung Benoa. Kegiatan terbang di atas papan dengan dorongan air di pantai ini, membuat penasaran banyak orang. Apalagi televisi swasta nasional sering menayangkan iklan dengan aksi seru Flying Board ini. Jika anda datang ke Bali, disarankan mencoba "terbang" dengan alat ini.

2. Rolling Donut

permainan di tanjung benoa

Rolling Donut adalah salah satu permainan favorit di sini. Anda akan duduk di sebuah pelambung berbentuk kue 'donut' dan ditarik dengan speed boat. Permainan ini cukup banyak peminatnya dan di hari libur sering terjadi antrian panjang untuk mejajalnya. Jika anda berkunjung ke Tanjung Benoa dan melihat antriannya berkurang sebaiknya segera bergegas ikut antri.

3. Flying Fish

pantai benoa

Flying Fish adalah permainan untuk 2 orang dengan menggunakan boat khusus, lalu ditarik menggunakan speed boat dengan kecepatan yang cukup tinggi, lalu boat akan terbang seperti layang - layang. Kebanyakan wisatawan yang datang ke Bali menyukai permainan baru di Tanjung Benoa ini tetapi hanya untuk melihat dan berfoto. Sedangkan yang benar - benar mencobanya tidak terlalu banyak.

4. Banana Boat

banana boat bali

Permainan ini di Tanjung Benoa Bali merupakan kegiatan olahraga air paling banyak dicoba wisatawan. Dengan menggunakan perahu karet berbentuk pisang, ditarik oleh speed boat berkeliling pantai dalam waktu kurang dari 15 menit. Kapasitas penumpang boat ini adalah maximal 4 orang plus 1 orang istruktur sebagai pendamping. Jadi, olahraga ini aman dilakukan karena ada instruktur yang memandu anda. Permainan ini juga tersedia di Nusa Lembongan.

5. Snorkeling

snorkeling di pantai tanjung benoa

Berenang di permukaan laut sekaligus bisa melihat langsung kehidupan alam bawah seperti ikan dan terumbu karang. Jadi, bagi yang ingin merasakan kehidupan bawah laut di Bali secara langsung, silahkan coba berwisata dengan snorkeling. Lokasi snorkeling masih di sekitar Pantai Tanjung Benoa yang indah ini.

6. Sea Walker

sea walker di pantai tanjung benoa

Berbeda dengan snorkeling yang hanya bisa melihat flora dan fauna bawah laut dengan berenang, pada olahraga Sea Walker penikmat bawah laut bisa jalan - jalan di bawah (dasar) laut Tanjung Benoa dengan menggunakan helm yang kedap air dengan tujuan melihat langsung kehidupan alam bawah seperti ikan dan terumbu karang. Ini salah satu kegiatan di pantai populer di Bali ini.

7. Parasailing

parasailing bali

Berupa kegiatan dengan menggunakan payung parasut yang ditarik oleh speed boat mengelilingi pantai Tanjung Benoa ini. Waktu permainan ini satu putaran sekitar 4 menit di udara. Kegiatan ini merupakan salah satu olahraga yang cukup 'Ekstrim' tapi ' Fun', yang disukai oleh wisatawan yang berkunjung ke pulau ini.

8. Wakerboarding

wakeboarding benoa

Ini merupakan permainan di air yang di tarik dengan speed boat dan anda meluncur dengan board. Permainan ini sangat seru dan menantang. Permainan ini memang mirip dengan ski air tetapi di atas papan yang cukup lebar.

9. Waterski

ski air di bali

Waterski adalah olahraga yang hampir mirip seperti main selancar, hanya saja papan ski anda ditarik oleh speed boat. Yang banyak melakukan kegiatan ini kebanyakan adalah turis asing yang datang ke Pantai Tanjung Benoa. Wisatawan domestik tidak banyak yang melakukan kecuali warga setempat.

10. Jetski

jet ski di bali

Jetski yaitu olahraga seperti mengendarai sepeda motor di pantai. Lama waktunya kira - kira 20 menit. Jetski di tempat wisata Benoa ini ditemani oleh pemandu. Jadi wisatawan tidak diperkenankan membawa sendiri.

11. Scuba Diving

scuba diving

Scuba Diving berupa kegiatan menyelam dengan menggunakan perlenkapan selam yang lengkap, dengan tujuan melihat secara langsung kehidupan alam bawah laut di Tanjung Benoa, seperti ikan yang berwarna - warni dan terumbu karang yang indah. Untuk kegiatan diving ini, anda juga dapat menikmatinya di Pantai Lovina Bali.

12. Glass Bottom Boat & Pulau Penyu

perahu ke teluk penyu

Anda akan diajak menaiki perahu yang dibawahnya ada kaca bening dan terlihat berbagai kehidupan di bawah laut Benoa. Berjarak kurang lebih 30 menit perjalanan menggunakan perahu / boat terdapat Pulau Penyu Bali yang merupakan penangkaran berbagai spesies penyu yang hampir punah. Penangkaran ini sendiri bernama Pudut Sari, di Pulau ini juga terdapat galeri yang merupakan lokasi belanja favorit yang menjual berbagai macam cinderamata.

Saat ini dua belas kegiatan Watersport Tanjung Benoa inilah yang disediakan untuk wisatawan yang ingin merasakan serunya permainan air di Pantai Bali. Tidak tertutup kemungkinan wahana ini akan semakin bertambah jumlah kegiatan yang ditawarkannya.

Source:
https://www.wisatania.com/

Sangeh, The Monkey Forest

Wisata Alam Sangeh Bali



Wisata Alam Sangeh merupakan salah satu objek wisata yang ada di Pulau Bali. Walaupun Sangeh belum setenar Pantai Kuta, Tanah Lot, ataupun tempat wisata lainnya di Bali, taman wisata Sangeh ini juga memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Lokasi objek wisata Sangeh hanya terletak sekitar 20 kilometer saja dari Denpasar.

Salah satu pesona dari Taman Wisata Alam Sangeh Bali adalah wisata hutan yang didalamnya terdapat banyak sekali kera - kera yang menghuni sekitaran hutan Sangeh. Untuk berkunjung ke daerah Sangeh, pengunjung hendaknya lebih berhati - hati, karena kera - kera yang berada di Sangeh terkenal dengan kejahilannya, seperti mengambil barang bawaan pengunjung, dan akan mengembalikannya kalau pengunjung memberikan makanan kesukaanya seperti pisang, kacang ataupun makanan lainnya.


Yang menarik dari kera - kera penghuni Wisata Alam Sangeh adalah, mereka ternyata juga memiliki beberapa kelompok, dan masing - masing kelompok memiliki satu pemimpin. Tapi dari kelompok - kelompok tersebut masih memiliki pemimpin tertinggi atau Raja dari semua Raja Kera yang ada di dalam Sangeh. Pemimpin tertinggi tersebut berdiam di suatu tempat yang paling luas. Ditempat Raja Kera ini tinggal, terdapat sebuah Pura yang sangat terkenal kesakralannya yaitu Pura Bulit Sari.

Layaknya manusia ketika hendak memilih calon pemimpinnya, kera - kera itu juga menetapkan kera yang dipilih yang dianggap memiliki kharisma dan kekuatan yang diatas rata - rata. Para pemimpin ini memiliki hak - hak yang melebihi kera lainnya terutama dalam mengawini kera betina atau dalam jatah makanan. Biasanya kera yang dituakan atau dianggap rajanya kera akan diberikan kesempatan untuk mendapatkan makanan sampai puas, baru setelah puas sisanya diberikan kepada kera lainnya.

Menurut pengelola Taman Wisata ini, Hutan Wisata Sangeh dibuat sebagai taman dari kerajaan Mengwi. Agar terlihat cantik taman ini ditanami pohon pala yang khusus didatangkan dari Gunung Agung. Sebenarnya rencana pembuatan taman ini sangat dirahasiakan namun akhirnya pembuatan taman ini diketahui oleh beberapa orang, akibatnya pembuatan taman itu dihentikan, hingga akhirnya kawasan itu diberi nama Sangeh, yang artinya 'Ada orang yang datang melihat'.

Sangeh terletk 20 kilometer di sebelah utara Denpasar, di seberang jalan menuju Pelaga. Selain kera, daya tarik objek wisata ini adalah Pura yang terletak di tengah pohon pala yang disebut dengan Pura Bukit Sari. Hutan pohon pala merupakan areal suci Pura yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Adat Sangeh.


Selain pohon pala, masih ada tanaman yang terkenal di hutan Sangeh. Masyarakat setempat biasa menyebutnya Pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya merupakan pohon pule.

Di Bali pohon pule memiliki keistimewaan karena kayunya sering digunakan untuk keperluan khusus, misalnya membuat topeng yang dipakai sebagai sungsungan. Untuk berkunjung ke kawasan ini para pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp.5.000,00 dan terdapat beberapa petugas pengelola lokasi atau pemandu yang berpakaian adat Bali yang siap membantu setiap pengunjung. 

Beberapa petunjuk untuk memasuki kawasan ini antara lain berpakaian sopan dan tertib, juga dianjurkan membeli makanan untuk kera berupa kacang atau jagung yang banyak dijual di kios - kios sekitar areal parkir.

Source:
http://wisataindonesia77.blogspot.co.id/
http://www.wisatabali.info/

Minggu, 22 Mei 2016

Jimbaran Beach (Pantai Jimbaran)

Everything You Need To Know About Jimbaran Beach


Jimbaran beach and the famous Jimbaran Bay are located on Bali's southwestern coast of the narrow isthmus connecting the Bali mainland and the Bukit Peninsula. The Beach and the Bay of Jimbaran offers small secluded areas, where tranquility and peace are the perfect antidote to a stressful world.

The land gently slopes away from the beach revealing exclusive celebrity haunts hidden under a canopy of leafy tropical forest. Jimbaran is the realm of luxury hotels, the likes of the Four Season Reasort at Jimbaran Bay and the InterContinental Bali Resort & Spa. 

First Time In Jimbaran


On your first time in Jimbaran, this scenic, curving bay will no doubt impress, just 15 minutes south of the Ngurah Rai International Airport. This popular beach in Bali is most famous for its clusters of sunset and seafood restaurants that come in many styles lining its coastline. Beyond that, let us show you all the other highlights that you can see and do on your first visit.

You can enjoy great shopping, from traditional markets to the new and modern Jimbaran corner, as well as nearby attractions that include the iconic cliff - top Uluwatu Sea Temple and its adjacent amphitheatre where you can view the dramatic Kecak dance at sunset. You can then continue on to the famous Rock Bar for cocktails in a most dazzling setting, or return to Sundara on the bay for libations under the stars. Here are a few hints for your first time in Jimbaran.

Rock Bar

Amazing Sunset Chill Outs In Bali


Rock Bar Bali at Ayana Resort and Spa wins accolades from travel media the world over, partly thanks to its unique setting on a secluded limestone cliff. This premier sunset venue continues to win the hearts of patrons, some who fly to the islands just to experience the signature cocktails, exceptional views, and moody set by its resident music director and a regular line - up world - class international DJ's.

The Rock Bar boasts a minimalist design with an open - top platform seamlessly built onto the natural formation. Ambient lighting from around the bar and the shades at sunsets, together with traditional fishing boat lanterns that dot the seascape add to the dramatic appeal of the bar.


Getting to the Rock Bar itself is an experience. Past Ayana's green cliff - top lawns you'll notice two ways to descend, and both provide spectacular bird's eye views. First is the 'hard way' down the extended flight of stairs that leads you to the Kisik Bar & Grill, which serves fine seafood under a thatched roof retaurants and at the tablets on the sand. Continuing to the Rock Bar, you stroll along the cliff base causeway around Ayana's free - form ocean beach pool.

The second access is and effortless option, by means of a funicular ride down. However, expect queues, especially moments berofe sunset time. Queues are divided into two, one of which is a 'fast lane' reserved for hotel guests - one of the perks of staying at the Ayana. If you have the energy, we'd recommend going the 'Hard Way' as there are several stops alongs the descent that provide you memorable scenic and photographic moments of the seascape and horizon, the beach and cliff base, and most of all, the Rock Bar.


Perched 14m above the waves, the Rock Bar is a small centrepiece with the vast sky and Indian Ocean as backdrop. There are several round tablets at the lower foyer and eight more steps up leads you to the main bar, which is bordered by glass screens. The Rock Bar's innovative design was conceived by Yasuhiro Koichi of Japanese design studio Spin. Wooden deck areas provide additional viewing points on both sides of the main rock that stretches along the coast, one of which is accessed via a natural cave. The cave walls sparkle with what seems to be crystal, quartz - like minerals.

The bar centrepiece was built using thousands of layer of recycled glass canes, and was created by Bali - based Japanese glass artist Seiki Torige. The barmen and team of beautiful waitresses cald in elegant, signature black outfits are swift and gracious. At the centre of the all - weather wicker tables are unique upright cylindrical menus. The moment you get here and just in time for sunset, pick a spot and go straight for the cocktails.


Among the favourites are the Rock Bar'a martinis, comprising quirkily - named blend such as Punch Rock, Rockberry Martini and Spa on the Rock, the latter comprising vodka, blackcurrant liqueur, blueberry and cranberry juice. Spa on the Rock is also the name of Ayana's equally dramatic spa option located on the resort's southern coastline. The cocktails were designed by inernational bar consultant Sebastien Bonnefoi, using imported liquors blended with local fruits, herbs and spices to complement the natural setting. Simple bites include a tray of crispy calamari served with stone bowls of spicy tomato sauce, prawn spring rolls with chilli sauce, and chicken popcorn served in a spiral cone stand with herbed olive oil and spiced Egyptian duqqa dip.

Besides resident music director Martin East leading a stellar DJ line - up spinning Mediterranian beats, Nu - disco, deep house, and chill outs every sunset and late night weekends, international Ibiza and Indonesian guest DJs have also 'Rocked' the Rock, such as Jez Colin and Jakarta DJ Riri Mestica, spinning tunes from a special booth carved into the rock face. Eleventh - hour schedules include international bands playing exceptional unplugged sessions, such as previous gigs that featured Stephan Jenkins and his band Third Eye Blind, Alma Desnuda, blues king Jim Larkin, and other acts from Down Under and The States.



Jimbaran Seafood Cafes

Sunset And Seafood At Jimbaran Bay


Jimbaran seafood cafes must already be on your must - visit places for your Bali holiday, especially f you're a seafood lover. Not only is Jimbaran Bay one of Bali's best place for memorable sunsets, but it also the most popular coast to enjoy grilled seafood. Seventeen seafood cafes line the white - sand beach locally known as 'Pantai Muaya'.

Mostly open afternoo until late, each of the venues within the row of Jimbaran seafood cafes in the bay offer fresh - grilled seafood served at candlelit tables on the sand. As the sun goes down, the horizon features faint light from the Ngurah Rai Airport and Traditional fishing boat lanterns at sea.

The Cafes



You'll notice similar setups as you approach the Jimbaran seafood cafes from the beach; wooden tables with parasols down to the tide's edge and some adorned with attractive palm leaf decorations. Drop - off from the main entrance and you'll see grills and live seafood displays under signboards of each cafe that show different stock and 'Catches Of The Day'.

From several dinners we had at different cafes, we noticed slight variations in the homemade sambal (Indonesian traditional chili sauce) in form and spiciness. Menega and Intan Sari are quite consistent in terms of stock and taste (usually getting most of the crowds); while others, Bela for instance, boast gimmicks such as torches and attractive table setups. Mild competition among these venues means good service; staff and waiters are attentive and speak simple English.

The Food


Ease into a chair as a small dish of salted nuts and/or kerupuk shrimp crackes comes served as intro to accompany your beer or drink of choice. Birthplace of ikan bakar Jimbaran or 'grilled snapper a la Jimbaran' with the essential sambal, these cafes offer selections of red snapper, crab, calamari, prawns and lobster served with steamed rice, and traditional side dishes of spicy plecing kangkung (stir - fried water spinach) and fresh fruit platters for dessert. Use your finger as part of the experience; a bowl with water and slice of lime comes as standard 'Rinse'.

Look out for two sambal varieties, the fames red paste and another pungent version called sambal matah (comprising fresh chopped chilli, shallots and lemongrass). Try out both if you can handle, or simply ask for modified, milder version in advance. Some of the Jimbaran seafood cafes even have French Fries, Fried Rice, Chop Suey and other Western and Asian Cuisine on their menus for variety, and even expand their seafood selections to Baraccuda, Grouper, Mahi - mahi and Kingfish.

Source:
http://www.bali-indonesia.com/

Pura Luhur Uluwatu

Sejarah Pura Uluwatu

Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan Pura yang berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung.

Pura yang terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin.

Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke - 11 bernama Empu Kuturan. Ia Menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang di namakan Moksah atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.

Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 mete dari permukaan laut. Di depan Pura terdapat hutan kecil yang disebut Alas Kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian Pura.



Pura Uluwatu mempunyai beberapa Pura pesanakan, yaitu Pura yang erat kaitannya dengan Pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan. Masing - masing Pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutam pada hari - hari piodalan -nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.

Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah Pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga selancar, bahkan event internasional seringkali diadakan di sini. Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat selancar selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik.

Lokasi Pura ini sangat indah dan menakjubkan, pengunjung yang datang ke Pura ini bukan hanya akan merasakan suasana religius tapi juga panorama alam semesta hasil keajaiban Sang Maha Kuasa. Hantaman ombak yang memukul dinding karang menghasilkan buih - buih putih yang cantik dapat terlihat dari atas tebing.



Sebagai Pura yang didirikan dengan konsepsi Sad Wiyanaka, Pura Luhur Uluwatu sebagai salah satu dari Pura Sad Kahyangan untuk melestarikan Sad Kerti (Atma Kerti, Samudra Kerti, Danu Kerti, Wana Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti). Sedangkan sebagai Pura yang didirikan berdasarkan Konsepsi Padma Bhuwana, Pura Luhur Uluwatu didirikan sebagai aspek Tuhan yang menguasai arah barat daya. Pemujaan Dewa Siwa Rudra adalah pemujaan Tuhan dalam memberi energi kepada ciptaannya.

Pura ini juga dihuni oleh sekumpulan monyet yang hilir mudik di dalam kawasan Pura yang menarik perhatian para pengunjung. Konon monyet - monyet ini diyakini sebagai penjaga Pura.



Berbagai jenis restoran dan kafe bertebaran di sepanjang Jalan Uluwatu, dari mulai restoran yang menawarkan harga yang terjangkau sampai restoran mewah dengan harga yang mewah pula. Menu yang ditawarkan pun beraneka ragam, dari mulai makanan khas Bali sampai santapan internasional.

Ada banyak akomodasi seperti restoran, hotel, penginapan dan villa di sekitar Pura Uluwatu. Bagi anda yang menginap di hotel dan penginapan di Kota Denpasar tidak perlu khawatir karena Pura ini terletak sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali.

Pura Uluwatu juga dilengkapi dengan lokasi parkir yang cukup luas dan toilet umum bagi para pengunjung. Pemandangan indah, hamaran samudera luas di depan mata dengan deburan ombak birunya yang fantastis dan juga sunset merupakan kegiatan yang dapat anda nikmati begitu kaki anda berada di Pura Luhur Uluwatu. Selain itu anda dapat memanjakan mata dengan mengagumi arsitektur bangunan Pura.

Puas menikmati panorama alam yang indah dan matahari tenggelam, jangan lewatkan untuk menyaksikan para seniman Bali dalam pergelaran Tari Kecak yang sakral namun juga menghibur. Pagelaran ini diadakan di Pura Uluwatu setiap hari pada pukul 18:00 - 19:00 WITA. Tari Kecak merupakan tarian yang menceritakan penggalan epik Ramayana, yaitu Dewi Shinta diculik oleh Rahwana.

Untuk memasuki objek wisata Pura Luhur Uluwatu, anda harus membayar tiket sebesar Rp.3.000,00 untuk orang dewasa dan Rp.1.500,00 untuk anak - anak.

Saat yang tepat untuk menyambangi Pura Uluwatu paling baik adalah pada sore hari, sehingga anda bisa menyaksikan matahari tenggelam dengan siluet Pura Uluwatu yang mengagumkan. Monyet - monyet yang hidup di Pura ini memiliki kebiasaan mengambil barang - barang bawaan wisatawan seperti: Kamera, Tas dan Kacamata. Jadi jaga baik - baik barang - barang bawaan anda.

Lokasi Pura Uluwatu kira - kira hanya satu jam dari Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali, anda daoat menggunakan jasa taksi, mobil atau motor sewaan, serta agen perjalanan untuk mengunjungi Pura Uluwatu. Jika menggunakan jasa agen perjalanan, kunjungan ke Pura Uluwatu biasanya menjadi satu paket dengan objek wisata lainnya di daerah Bali Selatan.

Source:
http://www.indonesia.travel/

Pura Besakih



Terletak di bagian barat lereng Gunung Agung dan disebut sebagai pura Hindu terbesar di Bali. Pura Besakih terletak di daerah luas, menawarkan kepada anda pemandangan indah dan bangunan pura menawan yang mengeliling komplek Pura ini.

Candi Besakih terletak di Desa Besakih, di bagian timur Bali. Nama Besakih berasal dari kata "Basuki", diambl dari kata "Wasuki" yang berarti "Keselamatan" dalam bahasa Sansekertanya. Sedangkan, dalam mitologi "Samudramanthana", nama "Besuki" sebenarnya mengacu pada "Naga Besukian", yang mendiami Gunung Agung, gunung berapi utama di Bali.

Komplek Pura besar ini telah dianggap sebagai tempat suci sejak zaman kuno. Berdasarkan catatan prasasti kuno 1007 Masehi. Diketahui bahwa sejak abad ke - 15, Besakih dianggap sebagai pusat candi Hindu di Bali.

Candi Besakih, juga dikenal sebagai Pura Penataran Agung adalah tempat ibadah utama Hindu di Pulau Bali. Merupakan komplek yang terdiri dari 22 candi di pegunungan paralel. Komplek ini mengekspresikan kepercayaan penting dari orang Bali yang dikenal sebagai Tri Hita Kirana, yang berarti bahwa kehidupan di bumi harus dijalani dan disimpan dalam keseimbangan dan harmoni antara manusi dan Tuhan, manusia dan sesamanya, serta manusia dan lingkungan alam.

Selama bulan purnama, masyarakat Bali dan peziarah berbondong - bondong ke Pura. Selama festival "Odalan", Pura akan dihias dengan indahnya. "Odalan" dirayakan setiap hari ke - 210.

Di tempat ini pun terdapat banyak warung pinggir jalan di sepanjang jalan setapak sebelum anda mencapai pintu gerbang komplek Pura. Anda tidak perlu meminta potongan harga, karena harga yang ditawarkan sangat wajar. Anda juga dapat membeli beberapa suvenir khas Bali untuk anggota keluarga atau orang yang anda cintai. Bali terkenal dengan kerajinan tangannya yang unik, lukisan, patung dan ukiran. Ada juga banyak pedagang kaki lima yang menjual pernak - pernik dan kerajinan Pura.

Pura Besakih sangat mudah dicapai dari semua penjuru Bali. Anda bisa tinggal di mana saja di pulau dan mengunjungi kuil. Di seluruh Bali ada berbagai pilihan akomodasi, dari hotal super mewah sampai penginapan yang lebih terjangkau. Juga memungkinkan untuk tinggal bersama penduduk setempat.

Besakih adalah candi yang luar biasa, lihatlah candi dari jarak jauh maka anda dapat menyaksikan sebuah komplek candi seperti piramida yang mengesankan, membentang hingga ke gunung, dengan Gunung Agung sebagai latar belakangnya yang dramatis. Pemandangan menakjubkan adalah pada pagi hari di mana cahaya mentari pagi menyinari komplek Pura dan saat Matahari terbenam. Pura ini juga di hiasi dengan ornamen bergaya Bali, tangga Pura, berhala batu suci, dan ukiran batu. Sebelum menjelajahi Pura ini, anda harus menyewa dan memakai sarung di pintu masuk utama kuil untuk menghormati tradisi Bali, karena Pura Besakih adalah tempat ibadah yang suci. Sarung dan selempang adalah pakaian khusu orang Bali saat Berdoa di kuil.

Ketika anda mencapai area komplek, anda akan melihat Pura pertama di sebelah kiri. Pura ini adalah bait suci yang didedikasikan untuk nenek moyang kerajaan yang dikenal sebagai Pura Dalem Puri. Orang Bali menyimpan abu Ngaben di dalam Pura ini. Dari sini, berjalan menaiki tangga yang akan membawa anda ke Pura Penataran Agung.

Penduduk setempat percaya bahwa Pura Penataran Agung adalah pusat dari pengabdian kepada para dewa. Di samping candi utama ada dua candi penting lainnya, yaitu Pura Kiduling Kreteg di sebelah kanan dan Pura Batu Madeg di kiri.

Warna - warna kain pada Pura didedikasikan untuk Sang Pencipta, yang mewakili Trinitas Hindu. Bendera putih didedikasikan untuk candi Siwa (Pura Penataran Agung), banner merah adalah candi Brahma (Pura Kiduling Kreteg), sedangkan banner hitam adalah bait Wisnu (Pura Batu Mandeg). Bila sedang tidak ada festival di Pura ini, pengunjung mungkin diperbolehkan masuk ke dalam melihat - lihat candi. Jika anda ingin menjelajahi bagian Pura yang lebih terpencil, pegilah menuju Pura Pengubengan, yang terletak sekitar 2 kilometer di ujung utara komplek.

Pura Besakih terbuka untuk pengunjung sepanjang tahun selama jam buka resmi antara 08:00 sampai dengan 17:00. Biaya masuk adalah Rp.10.000,00 ditambah biaya parkir Rp. 1.000,00 biaya penggunaan kamera Rp.1.000,00 dan menggunakan video Rp.2.500,00. Jika anda yang belum pernah ke Pura Besakih, anda mungkin ingin menyewa pemandu, yang akan membantu menunjukkan area sekitar Pura. Biaya pemandu sekitar Rp.175.000,00. Namun, jika anda tidak merasa perlu untuk menyewa pemandu, anda juga bisa berkeliling sendiri.

Siapkan diri anda dengan sepasang sepatu yang nyaman, kacamata hitam, topi dan t - shirt. Disarankan untuk mengajak seseorang teman yang tinggal di Bali untuk menemani anda atau menyewa pengemudi mengunjungi Pura Besakih di siang hari. Apabila anda mendapat masalah silahkan melapor ke penjaga Pura.

Untuk mencapai komplek Pura, anda harus berjalan di sebuah jalan setapak sekitar 200 meter. Di kedua sisi jalan, anda akan menikmati pemandangan yang indah, dan merasakan angin menerpa kulit dan rambut anda dalam perjalanan ke kuil. Jika tidak, anda dapat memilih untuk menyewa sepeda motor yang ditawarkan oleh penduduk setempat.

Candi ini sangat mudah ditemukan, karena kebanyakan orang tahu Pura ini sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di Bali. Ada beberapa titik awal yang dapat anda pilih. Dari Kuta, dibutuhkan sekitar 2 jam untuk sampai di sini, yang terhubung ke Bypass Kusamba di Tohpati. Lalu pergi ke utara sampai anda menemukan tanda jalan menuju Besakih dan setelah beberapa kilometer berbelok ke utara.

Jika anda tinggal di sekitar Klungkung, maka Besakih berjarak sekitar 20 kilometer di utara kota. Gunakan Bemo, Bus umum berukuran kecil yang akan membawa anda ke Besakih dari Klungkung. Bemo sering berangkat pada pagi hari dan disarankan untuk berganti bemo di Rendang, pertengahan antara Klungkung dan Besakih.

Jika anda datang dari utara Denpasar dengan mobil jarak yang ditempuh adalah sekitar 25 kilometer. Namun, jika anda tinggal di bagian timur Bali seperti di Tirta Gangga, Candidasa atau Amed, anda dapat mencapai Besakih dengan mengambil jalan pedalaman yang lebih kecil dari Karangasem. Jalur ini akan membawa anda ke perempatan antara Besakih dan Klungkung di Rendang, kemudian berbelok ke kanan untuk mencapai Pura Besakih.

Selama satu jam perjalanan anda, anda akan menikmati pemandangan indah dalam perjalanan melalui hutan, desa dan sawah. Jika anda ingin berhenti sesaat di salah satu desa, anda akan melihat bagaimana penduduk setempat hidup, dan belajar sedikit tentang rumah mereka yang unik.

Source:
http://www.indonesia.travel/

Pantai Lovina (Lovina Beach)



Bali tidak hanya sekedar Kuta ataupun Sanur dan Seminyak. Beranjak ke utara, anda akan menemukan Pantai Lovina yang letaknya sekitar 9 kilometer dari Kota Singaraja, tepatnya di Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali.

Pantai Lovina tidak kalah cantik dari pantai - pantai lain di Pulau Dewata. Hanya saja, pasirnya berwarna hitam asli tidak seperti pantai di Bali pada umumnya. Ombak di bibir pantai pun relatif tenang dan bersahabat sehingga memungkinkan pengunjung berwisata ke tengah laut dengan perahu nelayan.

Atraksi yang paling dicari dari Pantai Lovina adalah pertunjukan lumba - lumba hidung botol (Tursiops truncatus). Anda dapat menyaksikan hewan pintar tersebut melompat - lompat di lautan lepas bersama kelompok mereka. Biasanya mereka muncul pada pagi hari ketika Matahari baru mulai menyingsing.

Desa Kalibukbuk sendiri terletak di dekat pantai berbentuk teluk sehingga pemandangannya cukup indah. Dahulu desa ini dijadikan pelabuhan sehingga tak mengherankan jika begitu ramai dengan perdagangan dan pertukaran budaya. Laut Lovina pun tak kalah mempesona, terdapat bunga - bunga karang indah dan ikan yang bervariasi.

Sejarah Lovina tidak bisa lepas dari sosok Anak Agung Panji Trisna yang pernah mengelilingi Eropa dan Asia. Ia tertarik dengan cara hidup dan kondisi penduduk di Bombay, India, yang membuatnya berpikir untuk menerapkan wawasannya pada pembangunan masyarakat di Kabupaten Buleleng.

Kembali dari luar negeri pada 1953, Anak Agung Panji Trisna segera menyatakan aspirasinya dan mulai membangun sebuah pondok bernama Lovina di tanah miliknya. Tempat ini berupa penginapan yang dilengkapi 3 kamar tidur dan restoran di pinggir laut, sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin berlibur.

Lovina berasal dari kata "Love" yang berarti "Cinta", dan "Ina" yang dalam bahasa Bali berarti "Ibu", sehingga namanya merujuk pada arti: "Cinta Ibu Pertiwi". Nama Lovina sempat tidak boleh digunakan karena dianggap tidak dikenal di Bali. Karena itu, pengusaha selanjutnya pernah menggunakan nama - nama seperti Manggala, Krisna, Angsoka, Nirwana dan masih banyak lagi.

Akhirnya setelah dunia pariwisata Bali Utara berkembang, permintaan pebisnis dan agen perjalanan menginginkan nama Lovina kembali. Dari semula hanya nama sebuah penginapan, kini Lovina diabadikan menjadi nama pantai cantik yang menaungi sekitar 6 desa asli.

Saat anda berkunjung ke Pantai Lovina nikmatilah seafood di restoran Lesehan Tanjung Alam Lovina yang memiliki menu ikan bakar yang sangat lezat. Ada juga warung - warung makan yang menjual makanan khas seperti nasi jinggo sapi, yang bisa ditemukan di sekitar Jalan Ahmad Yani. Waroeng Lovina di Jalan Ampera direkomendasikan bagi anda penggemar makanan khas Bali namun dengan harga yang lebih terjangkau.

Di sepanjang pinggir Pantai Lovina anda akan disuguhkan oleh toko - toko souvenir yang menjual pakaian renang, kasu, dan aksesoris dari bebatuan. Tapi yang paling unik di sini adalah patung lumba - lumba yang terbuat dari kayu. Beberapa patung bahkan dibuat khusus dari kayu Eboni.

Perlu diingat bahwa tidak ada yang menjamin 100 persen lumba - lumba akan muncul, semuanya tergantung dari faktor alam. Jika cuaca cerah maka lumba - lumba akan lebih tertarik untuk muncul ke permukaan. Dengan demikian, bulan April - Oktober selama musim kemarau merupakan saat yang tepat untuk berkunjung ke Pantai Lovina. Selain itu, karena membutuhkan waktu yang pagi sekali untuk melihat lumba - lumba, anda disarankan untuk menginap di sekitar Lovina.

Kalau anda hendak menuju Pantai Lovina dari Denpasar anda setidaknya harus menempuh waktu sekitar 2 jam dan kondisi jalan berkelok - kelok. Anda juga bisa menggunakan jalur alternatif yaitu lewat jalur Gilimanuk menuju Lovina, rute ini relatif lurus dan nyaman namun membutuhkan waktu 4 jam.





Source:
http://www.indonesia.travel/

Sabtu, 21 Mei 2016

Garuda Wisnu Kencana

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana Bali

Garuda wisnu kencana

Garuda Wisnu Kencana atau GWK adalah sebuah taman budaya yang menjadi salah satu objek wisata di bagian selatan Bali. Taman budaya ini berlokasi di Tanjung Nusa Dua masuk wilayah Kabupaten Badung dan Jarak dari Denpasar, Bali, adalah sekitar 40 kilometer. Garuda Wisnu Kencana berada tepat di Bukit Unggasan Jimbaran (263 meter di atas permukaan laut) yang memiliki kawasan sangat menarik untuk dikunjungi.

Dari Garuda Wisnu Kencana para pengunjung yang berdatangan bisa melihat keindahan panorama alam yang memukau karena objek wisata ini berada di dataran tinggi batu kapur. Dengan nama Garuda Wisnu Kencana, akan dibangun sebuah patung raksasa setinggi 12 meter yaitu Dewa Wisnu yang menunggangi Garuda dan akan menjadi maskot Bali.

Para wisatawan yang datang berkunjung ke Garuda Wisnu Kencana dapat berkeliling ke Wisnu Plaza. Area ini adalah tempat wisata utama dimana terdapat patung Dewa Wisnu menunggang Garuda yang dikelilingi oleh air mancur serta air sumur yang dipercaya oleh penduduk Bali sebagai air suci. Konon air sumur ini tidak pernah kering bahkan saat memasuki musim kemarau. Tempat air suci berada ini disebut sebagai Parahyangan Somaka Giri. Tidak hanya patung Dewa Wisnu, di berbagai sudut are objek wisata tersebut terdapat patung dan arca dewa dan dewi umat Hindu.

Garuda wisnu kencana

Lokasi garuda wisnu kencana bali

Garuda wisnu kencana bali indonesia

Memasuki kawasan Street Theater yang merupakan bagian awal dan bagian akhir dari perjanalan wisata Garuda Wisnu Kencana, anda akan disuguhi dengan banyak toko - toko cinderamata, dan rumah makan. Selain itu, area ini merupakan tempat untuk mengadakan perayaan - perayaan di Bali. Ada juga Amphitheatre dimana merupakan tempat untuk mengadakan pertunjukan akustik, disini anda bisa menonton tarian tradisional Bali yaitu Kecak secara gratis. Jangan lupa juga berkunjung ke Indraloka Garden dengan pemandangan alam yang begitu indah. Karena panorama alamnya yang menawan, taman ini sering disewa sebagai tempat pernikahan dan acara - acara lainnya. Anda tinggal membayar tiket masuk untuk berkunjung ke Garuda Wisnu Kencana Bali dengan harga terjangkau.

Source:
http://www.indonesia.travel/

Bedugul

Pura Ulun Danu Beratan di Dataran Tinggi Bedugul


Pura ini terletak di dataran tinggi Bedugul Kabupaten Tabanan. Sebuah dataran tinggi yang menjadi daerah wisata unggulan Pulau Balidwipa, nama lain Bali di masa lalu. Di daerah berhawa sejuk ini anda disajikan pesona keindahan Danau Beratan sekaligus menikmati produk - produk kerajinan dan hasil kebudayaan masyarakat agraris Tabanan.

Terletak di dataran tinggi, menyebabkan tempat ini sangat sejuk dan kadang - kadang di selimuti kabut. Keindahan alam pegunungan dan Danau Beratan yang bersih sangat mempesona, di tengahnya ada sebuah pura Ulun Danu yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan. Ini adalah objek wisata yang akan sangat sayang sekali apabila anda lewatkan saat datang ke Bali.

Suasananya di tepi danaunya seolah berada pada zaman silam, kabut perlahan terangkat dari atas danau yang dingin, kemudian pemandangan baliknya adalah hutan berbukit yang hijau. Sapuan angin pada permukaan danau, mengantarkan riak kecil ketenangan. Ketika mendung datang maka suasana kabut melingkupi pura, menimbulkan kesan magis yang lainnya. Ada ketenangan yang damai dan sulit anda temukan di tempat lain.


Bedugul tempat Pura Ulun Danu berada itu sebenarnya nama sebuah desa dan bukan nama danau, bukan nama Pura, ataupun nama pasar. Anggapan itu muncul karena selain sebagai sebuah desa, dalam sebuah area yang kurang lebih berdiameter 5km, terdapat beberapa macam tempat yang menarik untuk dikunjungi secara sekaligus sehingga orang kebanyakan menamakannya bedugul.

Secara lebih tepat, Bedugul adalah nama desanya, sedangkan danaunya bernama Danau Beratan. Danau ini adalah danau terluas kedua setelah Danau Batur yang luas 1.607,5 ha. Sedangkan nama Pura - nya adalah Pura Ulun Danu. Pura ini adalah Pura Subak yang disungsung oleh para petani, karena Danau Beratan adalah sumber mata air irigasi bagi sawah para petani.

Sebagai salah satu ikon pulau Bali, anda pasti mengenal Pura suci ini, setidaknya dapat melihatnya dari gambar uang kertas Rp.50.000,00. Pura Ulun Danu Beratan berada di tepi Danau Beratan. Di depan halaman sebelah kiri dari Pura Ulun Danu Beratan terdapat sebuah sarkopagus dan sebuah papan batu yang berasal dari masa tradisi Megalitik, sekitar 500 SM. Kedua artefak tersebut sekarang ditempatkan masing - masing di atas Babaturan (Teras). Diperkirakan bahwa lokasi Pura Ulun Danu Beratan telah digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatnan ritual sejak zaman Megalitik.

Pura Ulun Danu Beratan ini sudah ada sebelum tahun 1556. Pura Ulun Danu kemudian dibangun oleh Raja Mengwi I Gusti Agung Putu tahun 1633 yang berasitektur campuran Hindu - Budha dan ditandai dengan stupa Budha. Semenjak pendirian Pura tersebut termasyurlah kerajaan Mengwi, dan I Gusti Agung Putu digelari oleh rakyatnya "I Gusti Agung Sakti".


Pura Ulun Danu Bratan atau Bratan Pura merupakan sebuah candi di atas air berusia tua di Bali. Bangunan yang terdapat di areal wisata Bedugul ini merupakan bangunan kuno, tetapi semua keadaan fisiknya masih bersih dan tertata dengan rapi. Kompleks candi ini terletak di tepi barat laut Danu Bratan di pegunungan dekat Bedugul. Pura Ulun Danu merupakan sebuah bangunan suci umat Hindu yang dibangun untuk memuja Dewi Danu. "Danu" sendiri adalah bahasa lokal Bali yang berarti "Danau". Sedangkan "Bratan" adalah nama dari danau yang terletak di dataran tinggi Bedugul ini. Candi ini sebenarnya digunakan untuk upacara persembahan Dewi Danu yaitu dewi air, danau, dan sungai.

Pura Ulun Danu Bratan ini terdiri dari empat bangunan suci, yaitu; Pura Lingga Petak dengan tiga tingkat "Meru" sebagai tempat pemujaan bagi Dewa Siwa, Pura Penataran Puncak Mangu dengan 11 tingkat "Meru" sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu, Pura Teratai Bang sebagai Pura utam, dan Pura Dalem Purwa sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebaga Trimurti. Pura Dalem Purwa ini berfungsi sebagai tempat memohon kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.


Pulau Ulun Danu Bratan tidak terlepas dari pemujaan terhadap Trimurti (Siwa, Brahma, Wisnu). Hal ini bukan hanya terlihat dari struktur Pura pemujaan di Ulun Danu, tetapi juga dari penemuan tiga buah batu yang masing - masing berwarna merah, hitam dan putih pada tahun 1968. Ketiga warna ini merupakan warna suci (Tri Datu), "Merah" lambang Bhatara Brahma "Sang Pencipta", "Hitam" lambang Bhatara Wisnu "Sang Penyeimbang" dan "Putih" lambang Bhatara Siwa "Sang Pelebur".

Danau Bratan merupakan salah satu danau penting untuk irigasi. Danau Bratan dikenal sebagai danau "Gunung Suci", kawasan ini sangat subur, terletak pada ketinggian 1.200 meter, dan beriklim sangat dingin. Menurut mitos yang ada di masyarakat Bali, sebenarnya Danau Bratan ini merupakan danau yang terbesar di Pulau Bali awalnya. Namun pada suatu ketika terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat dan akhirnya danau Bratan ini terbagi menjadi tiga bagian, Bratan, Tamblingan dan Buyan. nama "Bratan" diambil dari kata "Brata" yang berarti mengendalikan diri dengan menutup 9 lubang kehidupan. Kata - kata "Brata" ini dapat kita jumpai dalam istilah "Tapa Brata" yang memiliki arti bersemedi atau bermeditasi untuk mencapai ketenangan agar dapat manunggal dengan alam dan berkomunikasi dengan Yang Maha Gaib.

Berikut adalah beberapa tips yang mungkin dapat menjadi bekal saat anda hendak mengunjungi tempat ini:
  • Di dataran tinggi ini sering turun hujan tiba - tiba dan kadang menggenangi bagian pinggir danau, karena itu disarankan anda membawa payung dan menggunakan sandal. Penyewaan payung tersedia yang dijajakan oleh penduduk setempat.
  • Udara di sini cukup dingin sehingga anda disarankan membawa jaket atau baju hangat.
  • Anda harus mematuhi untuk tidak memasuki bagian dalam Pura Ulun Danu karena tempat ini memang khusu sebagai tempat peribadatan yang disucikan.
Source:
http://www.indonesia.travel/

Padang Padang Beach

Popular Beach And Surf In South Bali



Padang Padang Beach, locally referred to as Pantai Labuan Sait, is one of Bali's most famous surf sports, located on the north - western coast of the island's Bukit Peninsula, and just a kilometre southwest of the Anantara Bali Uluwatu. This Beach features an exotic setting; a simply stunning one hundred meter - long stretch of sand that is accessible down a flight of stairs through a unique hollow rock entrance. The surf has a steady set of barrels during good weather, attracting wave riders from around the world.

Part of the group of world - class surf sports that line the coast of the Southern Peninsula, Padang Padang Beach lies several kilometres in between Bingin and Uluwatu, among which surfers usually hop to interchangeably for a different set of challenges and another thrill for the day. This beach is also a regular spot for international surfing events, the Rip Curl Padang Padang being the most frequent.


Heading up along Jalan Raya Uluwatu from Jimbaran and around 30 minutes' drive past the Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, a junction with signs that clearly bear 'Jalan Labuan Sait' leads you along a hilly but smooth 3.5km asphalt route. This region has developed with its rise to fame over the past decade, and is now lined with shops, surf lodges and neat western - style cafes targeted at the surfing crowd.

Beach access is down the slope across the road from a large parking area. Prior to this is a bridge that connects the two sides of the limestone cliff, offering a glimpse down to the beach from up high. Halfway down the flight of stairs is a temple that overlooks the surf, and sharing the coastal forest features with Uluwatu, you will occasionally witness playful grey long - tailed macaques playing around the stairs on the Balinese 'gapura gate', and high up in the acacia trees. A fun fact: Padang Padang Beach was featured as a romantic setting in the 2010 big - screen adaption of 'Eat, Pray, Love'.


One you reach the bottom of the stairs, you are greeted by a gorgeous sight: a fringed beach with fine, white sand, blue waters and a distant horizon. There are board rentals here provided by the locals if you don't have your own but would like to try (Warning: The waves here break over shallow coral and are not suitable for beginners). Although the big waves beyond the reef breaks are limited to advanced surfers, the shore is great for family fun and leisure, and there are local warungs on Padang Padang Beach serving light meals and refreshments. Sand castles, splashing, sunbathing, lying down with a good read under a parasol, or simply sitting back to enjoy the exotic views.


Source:
http://www.bali-indonesia.com/