Minggu, 16 Oktober 2016

Raja Ampat, Papua Barat

Raja Ampat, Papua Barat



  Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dengan luas wilayah lebih dari 4,5 juta hektar, dan berlokasi di sebelah barat kepala burung Papua Barat. 85% wilayah kabupaten ini merupakan lautan, sisanya merupakan pulau - pulau yang berjumlah lebih dari 600 pulau. Dari 600 pulau tersebut, terdapat 4 pulau besar, yaitu Pulau Misool, Pulau Waigeo, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati. Selain 4 pulau tersebut, hanya 35 pulau di Kepulauan Raja Ampat yang berpenghuni, sisanya tidak ditinggali manusia. Baru sekitar 400 pulau di Kepulauan Raja Ampat sudah dieksplorasi, sisanya masih belum dijamah manusia sama sekali.

Penduduk Kepulauan Raja Ampat sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Mereka tinggal di kampung kecil yang terpisah dengan kampung lain karena berbeda pulau. Masyarakat kepulauan ini adalah orang yang ramah dan baik hati. Mereka mau menerima tamu dari luar dengan hati yang gembira. Penduduk Kepulauan Raja Ampat sebagian memeluk agama Kristen, dan sebagian memeluk agama Islam, namun mereka tetap rukun walau berbeda keyakinan. Saat anda berkunjung ke tempat ini sebaiknya anda membawa permen dan pinang untuk diberikan kepada mereka karena mereka menganggap barang tersebut adalah barang tanda perdamaian.

Nama Raja Ampat berasal dari cerita rakyat masyarakat setempat. Menurut cerita tersebut, ada seorang perempuan yang menemukan 7 buah telur. Telur - telur tersebut kemudian menetas, 4 diantaranya menetas menjadi pangeran, sementara 3 telur lainnya menetas menjadi seorang wanita, sebuah batu, dan hantu. 4 Pangeran tersebut kemudian menjadi raja di pulaunya masing - masing, yaitu Pulau Misool, Pulau Waigeo, Pulau Bantata, dan Pulau Salawati sehingga akhirnya disebut sebagai Raja Ampat.

Kepulauan Raja Ampat memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa. Tempat wisata di Papua Barat ini sangat terkenal dengan wisata bawah lautnya yang merupakan salah satu tempat menyelam terbaik di dunia karena kelengkaoan dan keragaman flora dan fauna bawah lautnya. Berdasarkan hasil penelitian, Kepulauan Raja Ampat mempunyai 75% dari seluruh spesies karang di dunia. Tidak ada tempat lain di dunia yang mempunyai jumlah spesies karang sebanyak itu dalam 1 lokasi yang terbilang kecil. Dengan banyaknya spesies karang di Kepulauan Raja Ampat, secara otomatis juga terdapat banyak spesies ikan karang. Selain itu anda juga dapat bertemu dengan ikan pari manta, ikan duyung, kuda laut, ikan barakuda, hiu karang, penyu, tuna, dan lain - lain. Sisa - sisa perang dunia kedua juga dapat anda temui di perairan Kepulauan Raja Ampat, misalnya bangkai pesawat perang dunia di dekat Pulau Wai.

Umumnya, wisatawan yang datang berkunjung ke Kepulauan Raja Ampat adalah penyelam yang kebanyakan dari luar Indonesia. Slain wisata menyelam, bagi yang tidak bisa menyelam juga dapat menikmati pantai yang indah, wisata budaya, melihat peninggalan prasejarah berupa cap tangan, melihat festival bahari (biasanya pada bulan Agustus), menikmati panorama alam, menikmati suasana pedesaan, wisata kuliner, meilhat burung cendrawasih, mendaki bukit karang, dan lain - lain.

Anda akan dihadapi dengan 2 pilihan pada saat ingin menikmati wisata alam Kepulauan Raja Ampat. Pilihan tersebut adalah pilihan untuk tinggal di sebuah resort, atau tinggal di sebuah kapal pinisi yang sudah dimodifikasi. Kalau saran saya sih lebih baik memilih untuk menggunakan kapan pinisi, karena sudah sangat biasa tinggal di resort, sedangkan tinggal selama beberapa hari di atas sebuah kapal khas Indonesia akan menjadi pengalaman yang unik. Untuk dapat menikmati wisata Raja Ampat selama 1 minggu dengan menggunakan kapal pinisi, anda harus membayar lebih dari 100 juta rupiah, dan kapal tersebut dapat menampung sampai dengan 14 orang.

Apabila anda ingin berwisata ke Kepulauan Raja Ampat, tidak cukup hanya dengan modal nekat saja seperti yang sering dilakukan para backpacker. Berwisata ke tempat wisata yang dijuluki surga bawah laut ini membutuhkan keinginan kuat, jiwa petualang, kegemaran akan menyelam, dan modal yang lumayan besar. Bila anda berharap harga berwisata ke Kepulauan Raja Ampat akan turun dalam waktu dekat, sebaiknya buang jauh - jauh harapan anda karena sudah ada peraturan yang membatasi jumlah resort dan kapal. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi alam Kepulauan Raja Ampat yang tiada duanya di dunia. Harga yang mahal tersebut juga berfungsi untuk menyaring pengunjung, sehingga hanya pengunjung yang berkualitas dan berpendidikan saja yang datang, dengan begitu mereka akan sadar betapa pentingnya lokasi ini sebagai salah satu pusat flora dan fauna yang terlengkap di dunia.

Cara Mencapai Kepulauan Raja Ampat

Sebenarnya sekarang ini untuk mencapai Kepulauan Raja Ampat tidaklah sulit, namun akan memakan waktu yang lumayan lama dan biaya yang lumayan besar. Apabila anda berada di Jakarta, maka anda harus membeli tiket pesawat dari Jakarta ke Sorong. Penerbangan tersebut akan memakan waktu lebih dari 6 jam dan biasanya akan transit dahulu di Makassar atau Manado. Setelah tiba di Sorong, anda harus menggunakan kapal untuk mencapai Kepulauan Raja Ampat, akan memakan waktu sekitar 3 jam.

Biaya sewa kapal untuk transportasi di Kepulauan Raja Ampat lumayan mahal, agar dapat lebih menghemat biaya anda harus pergi secara berkelompok, idealnya 1 kelompok berisi 8 orang, sesuai dengan kapasitas kapal yang umum digunakan di Kepulauan Raja Ampat. Dengan begitu, anda dapat membagi biaya sewa kapal dengan grup anda dan melakukan penghematan.

Atau bila anda ingin lebih berhemat, anda dapat memilih menggunakan kapal dari Jakarta menuju Sorong dengan harga tiket hanya sekitar Rp.400,000 saja. Walau murah, cara ini akan memakan waktu sangat lama, karena anda akan berhenti di beberapa kota besar. Waktu perjalanan dengan menggunakan kapal dari Jakarta ke Sorong adalah sekitar 1 minggu.

Kamis, 06 Oktober 2016

Pulau Merah Beach, Picturesque Beach In The Edge Of Java Island

Pulau Merah Beach



 Banyuwangi, located at the most - eastern edge of Java can boast yet another world class surf sport next to the already well known G-land at Plengkung: this is Pulau Merah Beach. Pulau Merah Beach is so called since just some 100 meters to the side of the beach is a picturesque little hilly island called Pulau Merah, that is reachable on foot. This is situation is similar to the location of the island of Tanah Lot to the main island of Bali. Unlike at G-land where are found sharp coral rocks by the beach, the beach at Pulau Merah or the Red Island Beach is open sand so that it is also safe for beginner surfers.

Compared to Bali's Kuta Beach, surf here is stronger, offering large 4 meters high barrels with a length of 400 meters, ideal for surfers to try out tubing techniques. But since surf here comes in at an average of two meters height. beginners and amateur surfers alike can enjoy this beach. Whereas, the beaches at Plengkung and G-land should be ventured by professionals only.

Pulau Merah Beach was originally known as Ringin Pitu. There are two versions for its name change. One version has is because the colong of the soil and sand are reddish, this is where it got its name from, while another story says that at one time some bright red rays shone from the small hilly Puau Merah Island onto the beach, thus giving it the name Pulau Merah Beach. Another feature of the beach is the nearby fishing village called Pancer, where you can stay at villager's home. Their hospitality to visitors in spite of their simple life is truly heartwarming.

Get Around

When you wish to explore Pulau Merah Beach, head tu Pura Tawang Alun. This Hindu temple was built in 1980 and is frequented by Hindus from the East Java's Bromo mountain area as well as from Bali. Unfortunately, the 1994 tsunami destroyed the outer walls of the temple but the inner sanctuary (Palinggih Padmasana) has remained intact. During the tsunami a 13 meter wave swept across the village destroying all including parts of this temple.

During your explorations you will see people wearing bright green uniform. These are gold miners, at a mine found near the shore. Local villagers, however, are opposed to its existence here since the mine pollutes the sea.

Get There

Pulau Merah Beach is one of the many attractive beaches found along the southern coast of East Java. To reach Pulau Merah Beach, you must first fly to Banyuwangi or you can also come in through the airports of Malang or Surabaya, capital of the province of East Java. Closes airport, however, is Banyuwangi.

Located some 60KM from Banyuwangi, the beach can be reached by car or motorbike in three hours, near the village of Sumberagung, in the subdistrict of Pesanggaran. Since access roads are smooth, it has become a favorite weekend destination for Banyuwangi residents. It is advisable to hire a car at the airport of Belimbingsari since there are few public buses heading to Pulau Merah from here.

From the town of Banyuwangi you can take a bus to Ujang Jaya in the direction of Pesanggaran Village. Alight at the Pesanggaran market then continue by ojek or motorbike taxi to Pulau Merah. From Jember, alight at the Jajag terminal, and connect with the bus to Pesanggaran.

Source : http://indonesia.travel/en/destination/point-of-interest/pulau-merah-beach

Selasa, 04 Oktober 2016

The Mighty Mount Rinjani, Lombok, Indonesia

Mount Rinjani



 The Mighty Rinjani mountain of Gunung Rinjani is a massive volcano which towers over the island of Lombok. A climb to the top is one of the most exhilarating experiences you can have in Indonesia. At 3,726 meters tall, Gunung Rinjani is the second highest mountain in Indonesia. The climb to the top may not be easy but it's worth it, and is widely regarded as one of the best views in the country.

Within the mountain is a crescent shaped lake, the breathtaking Segara Anak which is a spiritual place. The Balinese come here each year and perform a ceremony to the mountain spirit. The Wetu Telu people also regard the lake as holy and come here to pray on full moon nights.This lake of sulfur is located 600 meters below the crater rim. Rising from the waters of this lake is a new volcano, Mt. Baru, which is a result of a series of eruptions the 1990's.

Mt. Rinjani lies within the Gunung Rinjani National Park. The park covers 41,330 hectares and sits inside a major bio-geographical transition zone (Wallacea). This is where the tropical flora and fauna of South East Asia meets that of Australasia. This National Park was established in 1997 and is one of over 40 throughout Indonesia.

Three-day Rinjani route from Senaru to the crater rim, down to the Crater Lake the on to Sembalun Lawang, is considered one of the best treks in South East Asia. More adventurous trekkers may want to head all the way to the summit of the volcano. This is best reached from Sembalun Lawang and takes four days, finishing up in Senaru.

Get Around

The most popular way to clim Rinjani is through a four or five days hiking expeition, starting at Senaru and finishing at Sembalun Lawang. Trekkers begin from Senaru hiking to the stunning crater rim, down to the incredible crater lake and then onto Sembalun Lawang. More information about trekking up Mt. Rinjani is available at the Rinjani trekking club website.

Get There

Senaru and Sembalun Lawang Villages are the two starting points to clim Gunung Rinjani. Senaru Village is a three hour drive north of Mataram, while Sembalun Lawang Villages is approximately a four hours drive to the east of Mataram. You can get to Senaru by taking public transport to Bayan and then walking.

Source :http://www.indonesia.travel/en/destination/point-of-interest/mount-rinjani

Minggu, 02 Oktober 2016

Pantai Pemuteran, Bali, Indonesia



Pantai Pemuteran, Bali, Indonesia

 Di bagian utara Pulau Bali, terdapat sebuah desa kecil di pinggir pantai. Semua orang menyebutnya dengan Desa Pemuteran. Desa ini dulunya adalah desa yang tandus dengan penduduk yang bermata pencaharian sebagai seorang nelayan. Di tahun 80-an, orang - orang Desa Pemuteran Bali yang bekerja sebagai nelayan selalu mencari ikan dengan merusak terumbu karang. Mereka menggunakan bom ikan untuk menangkap ikan secara masal tanpa peduli dengan lingkungan terumbu karang.

 Adalah seorang tokoh masyarakat yang bernama I Gusti Agung Prana yang mulai sadar betapa pentingnya lingkungan terumbu karang di Desa Pemuteran Bali. Beliau mulai mengajarkan masyarakat betapa pentingnya lingkungan bagi manusia terutama lingkungan di bawah laut. Berkat kerja keras beliau, perlahan - lahan masyarakat mulai sadar dengan tindakan mereka yang salah dalam menangkap ikan.

Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, Desa Pemuteran Bali ini dikenal sebagai desa wisata yang sangat indah dan menawan. Hasil kerja keras yang tidak sia - sia dari I Gusti Agung Prana dalam memelihara lingkungan sekitar desanya.

Desa Pemuteran Bali

Berbeda halnya dengan objek wisata lainnya di Bali yang sangat riuh dengan kunjungan wisatawan yang memadati kawasan wisata seperti di Pantai Kuta atau di GWK (Garuda Wisnu Kencana). Di Desa Pemuteran, kawasan wisatanya sangatlah sepi, bukannya sepi dari wisatawan melainkan sepi dari riuhnya suasana perkotaan.

Di desa ini hanya ada beberapa tempat penginapan kecil berbentuk pondok namun memiliki halaman yang luas. Kebanyakan orang - orang yang menginap disana adalah orang - orang dari manca negara. Desa ini memiliki adat istiadat yang masih sangat kental, karena investor yang ingin membuat sebuah penginapan disana harus mentaati sebuah peraturan yang tak tertulis dalam hal pembangunan sebuah penginapan.

Bagi anda yang ingin melumpuhkan sejenak syaraf - syaraf dan otot - otot tubuh anda melalui meditasi, tempat ini merupakan tempat yang sangat tepat. Di beberapa penginapan juga menyediakan fitur meditasi bagi para pengunjungnya. Kebanyakan mereka yang bermeditasi adalah kalangan lansia yang mungkin ingin melewati masa pensiunnya di tempat - tempat yang tenang.

Untuk menuju ke tempat ini anda harus menempuh jarak sekitar 200km dari Kota Denpasar atau selama empat jam.